Cendana : Kebanggan dan Ironi - Ricardus Keiya
-->

Tuesday, March 20, 2018

Cendana : Kebanggan dan Ironi

author photo
Keunikan NTT
sandalwood or Chandan tree or Santalum album
Cendana boleh ditanam di seluruh Indonesia tetapi yang paling wangi hanya ada di NTT. Tidak juga di Jogya. Komodo boleh ada di Inggris, Amerika, Semarang, tetapi yang indah dan bisa berkembang biak hanya di Mangarai Barat. Ada Taman Nasional Komodo, ada Kelimutu, Pink Beach, Pasola, Kubur Batu, Liang Bua. Potensi itu harus dioptimalkan," kata Hilman menggambarkan kekayaan sumberdaya alam NTT  dalam poskupang.com. Tentu Kren bukan. 
***
Sejujurnya saya tidak banyak paham tentang  Negeri (tanah) Timor, apalagi dengan Pohon Cendana-Nya. Namun tulisan ini sengaja saya buat sebagai bentuk apresiasi saya ketika mengikuti seminar salah seorang mahasiswa Pasca Sarjana di Kampus saya. Institut Pertanian Bogor.  Ada point yang begitu penting, ketika mahasiswi tersebut membuka seminar. Pada bagian latar belakang mahasiswi tersebut  menyebutkan bahwa, Pohon Cendana memiliki harga jual yang tinggi karena aroma wangi yang dimiliki cendana tersebut.  
Pada tulisan kali ini fokus saya hanya akan ada pada persoalan cendana sebagai suatu kebanggaan Masyarakat NTT termasuk Indonesia, kemudian yang berikutnya akan saya lanjutkan dengan persoalan nasib Cendana yang semakin lama-semakin menjadi sejarah. selamat membaca.


Cendana Menjadi Kebanggan 
Kurang lebih sekitar abad ke-16, Pulau Timor  di kenal luas di dunia perdagangan karena Pohon Cendanya. Saat itu  Cendana Timor merupakan, satu-satunya cendana terbaik dunia. Bahkan berabad-abad sebelum itu, pedagang Cina dari Makau dan Hong Kong telah merambah Timor melalui jalur rahasia. Tak heran, Timor dikenal dengan nama Nusa Cendana.
Para pedagang dari seluruh dunia mampir dan mengunjungi Timor untuk keperluan cendana (meski kulit sapi juga memegang peranan penting saat itu). Wang Da Yuan dalam perjalanannya pada tahun 1350 mencatat dalam tulisan berjudul “Daoyi Chi Lue” bahwa di wilayah Timor hanya  tumbuh pohon cendana. Cendana di Timor dapat  diperdagangkan dan ditukar dengan perak, besi, porselen, kain dan manik-manik.
Berbagai sumber menyebutkan bahwa Negeri Timor sudah berhubungan dengan China pada abad awal masehi. Tidak hanya itu saja, bukti bahwa Cendana memiliki peranan penting saat itu bisa disaksikan dari eratnya  hubungan pulau Jawa dan Timor saat itu. Hubungan antara tanah Jawa dan tanah Timor ini dicatat oleh Chau Ju Kua pada tahun 1225. Dalam catatannya Chau Ju Kua menyebutkan bahwa Timor dan Jawa berhubungan karena Timor memiliki peranan penting dengan adanya Cendana terbaik. Tidak hanya Jawa dan China.
Tercatat juga dalam sumber naskah Portugis yang menyebut Timor sebagai pasar Cendana yang sangat ramai. Begitu pula seperti Nagarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca pada 1365 telah menyebut Timor di dalam naskahnya
Sumber lain menyebutkan bahwa telah terjadi kontak pada beberapa abad yang lalu antara India dan Timor.  Cendana digunakan oleh orang India dalam skala yang besar untuk beberapa keperluan mendasar, misalkan wewangian untuk keperluan pewangi ruangan, kemudian untuk religious, lalu ada juga untuk keperluan aromaterapi.  Pelabuhan Atapupu menjadi jalur utama bagi pintu masuk para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Saat itu para pedagang menyebut pelabuhan Atapupu dengan sebutan Pelabuhan Namon Sukaer.
Itu pengantar singkat  saya. Saat itu  Cendana memegang peranan penting ekonomi.
Pertanyaannya apakah saat ini Cendana masih menjadi kebanggaan, ataukah hanya sebagai simbol kebanggaan masyarakat di Tanah Timor. Jangan-jangan  cerita ini mirip dengan yang di alami masyarakat Papua. Mereka hampir kehilangan Cendrawasi, meski di beberapa abad lalu Cendrawasi menjadi primadona oleh saudagar-saudagar penjelajah bumi. Saya harap cendana tetap menjadi primadona yang memberikan makan dan minum.
Terlepas dari itu, tentunya saya ingin sampaikan bahwa Negeri Nusa Cendana Pernah memegang peranan penting pada perekonomian dunia. Tentunya ini membanggakan. Setidaknya Negeri Timor perna menjadi kebanggaan nusantara. 
Ironi Untuk Cendana
Cendana yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama sandalwood, merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang merupakan pohon endemik di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Surata, 2007).
Geliat perekonomian berbasis cendana di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dimulai sejak tahun 1436, dengan produksi pada tahun 1910-1916 mencapai 14.674 pikul, setara 917.125 Kg (Ardhana, 2005). Produksi tertinggi sebesar 2.458.594 Kg (Banoet, 2001), rata-rata kontribusinya terhadap PAD NTT mencapai 38,26% tahun 1989/1990-1993/1994, dan mengalami penurunan menjadi 12,17% pada tahun 1995/1996-1999/2000 (Darmokusumo, 2001).

Penurunan produksi dan ekspor serta kontribusi diakibatkan oleh eksploitasi secara massive, menyebabkan cendana dalam kategori hampir punah, dan kebijakan yang mengabaikan kepentingan, eksistensi masyarakat dan kepemilikan serta digunakan sebagai alat kontrol negara (McWilliam, 2005).

Akumulasi persoalan sosial-budaya dan ekonomi menimbulkan kekecewaan masyarakat yang bermuara pada trio-stigma yang menempatkan cendana sebagai hau plenat atau kayu pembawa perkara, hau nituatau kayu setan dan hau lassi atau kayu yang dikuasai pemerintah (Njurumana, 2013).
***
Seiring waktu yang terus bergulir, kini Cendana meninggalkan untaian kisah masa lalu, julukan Nusa Cendana bagi tanah Timor semakin pudar. Bahkan fakta yang mencengangkan adalah bahwa beberapa waktu ke depan bukan lagi NTT yang menjadi penghasil Cendana terbesar di dunia. Produksi Pohon Cendana Terbesar akan berpindah tangan pada negeri kangguru yakni Australia.  Saat ini mereka (Australia) memiliki beribu-ribu hektar tanah yang dikelolah untuk menanam pohon Cendana, tentunya nama besar tanah Timor sebagai Nusa Cendana akan memudar bahkan bisa jadi hilang Pamor nya.

Ribuan batang pohon cendana yang dulu diagungkan dalam cerita klasik Cina, bahkan pun India,  tak lagi tampak. Usaha budidaya Cendana  pun tidak berjalan mulus diterpa berbagai persoalan  yang semakin memanas. Tidak hanya dari  tatanan biroksari, bahkan juga dari tatanan masyarakat yang terpengaruh arus perubahan globalisasi, dan tuntutan arus moderenisasi.  Jutaan bibit cendana yang ditanam di pelosok tanah Timor tak ayal dihadang kematian yang menyergap setiap pucuk daun pohon cendana yang mulai mekar.

Pertanyaannya Mengapa Australia yang sama sekali tidak memiliki cerita panjang dengan Cendana akan Berjaya dalam beberapa dekade ke depan ? Mengapa Negeri Timor yang dulunya memegegang peranan penting, sekarang harus takluk oleh Australia.
Harapan saya Semoga Cendana NTT tetap menjadi yang terbaik 
***
Kembali lagi kepada si Mahasiswi asal NTT yang seminar tersebut. Pada seminar itu si mahasiswi tersebut dengan berapi-api mengatakan bahwa perlu adanya sosialisasi yang mendalam dan terus-menerus kepada masyarakat agar pohon cendana tetap terjaga. Pada intinya penelitian nya bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit cendana, yang tentunya akan bermuara pada kembalinya Cendana sebagai (benar-benar) sebuah Ikon NTT.

Menurut saya dalam prespektif yang berbeda, penelitian mahasiswi asal NTT tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah upaya perlawanan terhadap suatu sistem dan rezim. Untuk memperjelas, Rezim yang saya maksud adalah segalah sesuatu  bentuk yang selamai ini turut mendukung pemusnahan Cendana.  Rezim tersebut telah tersusun secara sistematis, dan tidak pernah disadari oleh masyarakat di Tanah Timor. Mereka hanya kaget ketika Cendana mereka sudah mulai habis. Padahal menurut mereka (masyarakat di Tanah Timor) Pohon cendana merupakan pohon-pohon kramat yang seharunya dijaga dan dilestarikan terus menurus dari generasi ke generasi hingga kepada anak dan cucu mereka.

Sekali lagi pujian buat mereka yang berjuang (berjuang dalam bentuk apapun) untuk  mempertahankan warisan para leluhur. Menurut saya Mahasiswi ini telah berjuang di rana akademisi. Sebenarnya, DIA secara tidak sengaja telah sejalan bahkan telah mempraktekan apa kata Paulo Freire ( Tokoh Pendidikan Kaum tertindas asal Brazil). Menurut Paulo Freire, cara terbaik keluar dari kebodohan adalah dengan instrument pendidikan. Pada akhir sesi, Dosen pembimbing dan moderator dalam seminar tersebut memberikan apresiasi atas penelitian tersebut, kata mereka penelitian ini sangat menarik dan harapanya beberapa instasi di NTT termasuk lembaga akademisi dapat bekerjasa sama dalam menjaga Cendana.

Save Cendana

Salam.

RICKY, bogor 20 Maret 2018

This post have 0 komentar

1. Dibutuhkan Kritik dan Saran Yang Membangun
2. Kritik dan Saran Harus Sesuai Konten Tulisan
3. Terima Kasih Telah Berkunjung
EmoticonEmoticon

This Is The Newest Post
Previous article Previous Post